Sebagaimana mimpi bocah kita tentang gagahnya baju perwira, tentang pekik kemenangan perang, tentang gadis-gadis yang mengelu-elukan sepanjang jalan pulang, tentang roman bangga ayah dan ibu, tentang bintang yang disematkan, tentang standing applaus hadirin, seperti itulah kita menyangka orang-orang dewasa akan saling mengenal di tempat seramai ini.
Sekarang, ketika masa kanak melenyap seperti kopi yang barusan kita teguk, segala sesuatunya menjadi aneh dan asing. Tinggal kerangka-kerangka bisu alumunium perabotan rumah tangga di toko sebelah, berderet melebihi trotoar. Tidak ada konvoi kemenangan perang. Tidak ada sorak sorai para gadis di pinggir jalan. Hanya bungkus plastik es teh yang riang diterbangkan angin.
03.10.07
No comments:
Post a Comment