Buat Ce
Saat itulah: saat kubaui mesiu segar
pada anak-anak rambut di tengkukmu
Bibirku menderak; retak, membeling gegar
kutancapkan merata di setiap pori jenjangmu
Kudengar lirihmu memanggil angin:
“Aku mau tidur, kau terus dekap aku, ya?”
Tapi ini kemarau, Ce, udara agak sangit
Sementara kita repot jinakkan dahaga
Halimun turun menirai pandang dari langit
Matahari bundar berkesumba
Kau dengar dengusku menyapa api?
“Indah, ya, barangkali. Kalau hidup berhenti saja di sini...”
26 Agustus 2002
No comments:
Post a Comment