I.
Bagaimana hendak kumulai
diammu saja-sudah debarkan
Bagaimana harus kubuai
tenangmu cukup-hanyut lenakan
II.
Tunas-tunas beton menjalar di pematang
gambutku. Menjadi belukar ketidakpedulian
yang penuh cicit rem cakram, deru mesin
geram, siul klakson dan kerling lampu-
lampu sein nakal
Ada yang terlalai, menyelinap di antara
cabang, mengudap rakus, buah akar
ranum keputusasaan…
III.
Bicara urban pada kota tua:
“Kau sapa-sapa aku dalam cemerlang mercu
dalam igau rambu-rambu…akan kau apung-
apungkan senantiasa aku, di riak-riak dua
sungai muara satu?”
02
No comments:
Post a Comment