3/5/08

CHOOF...

"Mereka adalah tiga pria dewasa yang terdampar di sebuah pulau. Hari-hari yang mereka lewati begitu 'indah'. Beragam tingkah, membuat tontonan ini menyenangkan. Sebagai orang yang pernah 'bersentuhan' dengan teater, aku menikmati kemampuan dan totalitas akting mereka. Sebagai orang yang 'tenggelam' kepenulisan, aku mengagumi kekayaan imajinasi mereka. Namun sebagai seorang pribadi yang telah lama jauh dari puting ibu, aku adalah aktor dalam tontonan Choof. Bedanya, aku sendirian. Bedanya, aku berada dalam kenyataan. Bedanya, aku terkalahkan..."

Akhirnya aku terdampar di pelosok. Seorang sahabat, seorang Abang, bahkan seorang yang kuanggap salah satu guruku, yaitu Bang Wisnu Pamungkas, pernah berseloroh ketika kami bertemu di sebuah warung kopi di jalan Gajah Mada Pontianak. Katanya: "Rien, seseorang yang masuk dalam kehidupan perkawinan adalah orang naif..."

Aku kaget. Soalnya ia membicarakan dengan ekspresi misterius, di depanku dan kawan-kawan KSJL, sementara kutahu bahwa ianya sudah menikah. Lantas?


Tadi malam, Ucup, panggilan akrab Supriadi, salah seorang penulis muda potensial Kalbar, dalam bincang-bincang sebelum tidur, bertanya tentang pendapatku tentang perempuan. Aku tiba-tiba teringat kata-kata yang pernah kutulis dalam buku pelajaran, saat pelajaran yang dibawakan sang guru sangat membosankan. Aku menulis: "Perempuan adalah pertanyaan. Dan istri adalah misteri." Ya, aku ingat, itu kutulis saat kelas dua esempe. Bahkan aku masih ingat gurunya, serta apa yang melatarbelakangi kata-kata itu terlintas dalam benakku.

Tidak. Aku tidak menyesali keputusanku menikah. Kalaupun ada penyesalan, maka hanya ada dua penyesalan. Pertama, kenapa aku baru menikah sekarang? Kedua, karena aku belum bisa membahagiakan bidadari yang kupilih sebagai pendamping hidupku.

Benar juga kata orang bijak: "HIDUP ADALAH BAHASA ASING, YANG SETIAP LIDAH KELIRU MENGUCAPKANNYA."

Aku adalah Choof...

No comments: